Senin, 20 Februari 2012

Pengertian Tolak Peluru (By:Istiani)

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Berat peluru:
  • Untuk senior putra = 7.257 kg
  • Untuk senior putri = 4 kg
  • Untuk yunior putra = 5 kg
  • Untuk yunior putri = 3 kg
A. Teknik Dasar Tolak Peluru
Terdapat beberapa teknik dasar dalam tolak peluru, diantaranya : Teknik Memegang Peluru Ada 3 teknik memegang peluru : Jari-jari direnggangkan sementara jari kelingking agak ditekuk dan berada di samping peluru, sedang ibu jari dalam sikap sewajarnya. Untuk orang yang berjari kuat dan panjang. Jari-jari agaka rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru. Biasa dipakai oleh para juara. Seperti cara di atas, hanya saja sikap jari-jari lebih direnggangkan lagi, sedangkan letak jari kelingking berada di belakang peluru. Cocok untuk orang yang tangannya pendek dan jari-jarinya kecil.
Teknik Meletakkan Peluru Pada Bahu Peluru dipegang dengan salah satu cara di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan tangan satunya rileks di samping kiri badan.
Teknik Menolak Peluru Pengenalan peluru Peluru dipegang dengan satu tangan dipindahkan ke tangan yang lain Peluru dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di bahu dengan cara yang benar Peluru dipegang dengan dua tangan dengan sikap berdiri akak membungkuk, kemudian kedua tangan yang memegang peluru diayunkan ke arah belakang dan peluru digelindingkan ke depan Sikap awal akan menolak peluru Mengatur posisi kaki, kaki kanan ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki kiri diletakkan di samping kiri selebar badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki kiri, kaki kanan menolak ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran. Sewaktu kaki kaki kanan mendarat, badan dalam keadaan makin condong ke samping kanan. Bahu kanan lebih rendah dari bahu kiri. Lengan kiri masih pada sikap semula.
Cara menolakkan peluru Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus segera diikuti dengan gerakan menolak peluru. Jalannya dorongan atau tolakan peda peluru harus lurus satu garis. Sudut lemparan kurang dari 40o.
Sikap akhir setelah menolak peluru Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di tarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara keseimbangan.
B. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Teknik Tolak Peluru
Cara memegang Awalan Gerakan Tolakan Sikap badan saat menolak
Ketentuan diskualifikasi/kegagalan peserta tolak peluru : - Menyentuh balok batas sebelah atas - Menyentuh tanah di luar lingkaran - Keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah - Dipangil selama 3 menit belum menolak - Peluru di taruh di belakang kepala - Peluru jatuh di luar sektor lingkaran - Menginjak garis lingkar lapangan - Keluar lewat depan garis lingkar - Keluar lingkaran tidak dengan berjalan tenang - Peserta gagal melempar sudah 3 kali lemparan
Beberapa hal yang disarankan : Bawalah tungkai kiri merendah Dapatkan keseimbangan gerak dari kedia tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda tungkai kanan Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri
Beberapa hal yang harus dihindari : Tidak memiliki keseimbanagn dalam sikap permulaan Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan Mengangkat badan tinggi ketika melakukan luncuran Tidak cukup jauh menarik kaki kanan di bawah badan Mendarat dengan kaki kanan menghadap ke belakang Menggerakkan tungkai kiri terlalu banyak ke samping Terlalu awal membuka badan Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan
C. Peralatan
Alat yang digunakan : - Rol Meter - Bendera Kecil - Kapur / Tali Rafia - Peluru a. Untuk senior putra = 7.257 kg b. Untuk senior putri = 4 kg c. Untuk yunior putra = 5 kg d. Untuk yunior putri = 3 kg - Obrient : gaya membelakangi arah tolakan - Ortodox : gaya menyamping
D. Lapangan Tolak Peluru
Konstruksi : o Lingkaran tolak peluru harus dibuat dari besi, baja ata bahan lain yang cocok yang dilengkungkan, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat dari emen , aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar anatara 20 mm sampai 6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi. o Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat atau kayu. o Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus di cat putih. o Balok penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh. o Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.

Olahraga Bagi Usia 60 Tahun ke Atas (By: Istiani)

Olahraga bukanlah suatu kegiatan yang membedakan usia. Segala usia bisa melakukan kegiatan olahraga selama tubuhnya masih kuat untuk menjalankannya. Khusus bagi seseorang yang berusia 60 tahun ke atas, disarankan untuk melakukan olahraga ringan dan tidak menggunakan beban berat. Bahwasannya, kondisi tulang seseorang yang berusia lanjut ini lebih rapuh dibandingkan dengan tulang saat mereka masih muda, tulang mereka mulai mengalami pengeroposan dan mulai kehilangan kepadatan tulang. Bukan hanya tulang yang mengalami pengeroposan, bahkan semua organ tubuhnya juga mengalami penurunan fungsi. Oleh karena itu sebaiknya orang tua itu tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang terlalu berat.
Salah satu jenis olahraga yang baik dilakukan bagi orang tua yaitu melakukan jalan-jalan. Meskipaun hanya sekedar berjalan, namun olahraga ini juga berkhasiat untuk menjaga otot tubuh (terutama kaki) agar tidak kaku serta membantu memelihara tulang agar terhindar dari osteoporosis. Olahraga jalan kaki ini bisa dilakukan secara bersama-sama dengan teman atau dengan sanak keluarga agar lebih ramai dan tidak membosankan. Dengan melakukan jalan kaki secara periodik dan rutin, maka tubuh akan terasa ringan dan lebih rileks.
Jenis olahraga yoga juga baik untuk dilakukan bagi orang tua yang berusia 60 tahun ke atas. Olahraga yoga ini sangat baik untuk menjaga irama pernapasan agar lebih teratur dan tidak mudah terengah-engah saat melakukan kegiatan yang agak berat. Saat usia seseorang terbilang tua (khususnya 60 tahun lebih), mereka mulai kehilangan kemampuan untuk menjaga irama pernapasan agar tetap teratur. Sehingga pada saat melakukan kegiatan yang sifatnya lama dan agak berat mereka akan mudah merasa capek. Dengan olahraga yoga yang dilakukan secara rutin, maka kemampuan pernapasan mereka akan tetap terjaga.
Olahraga ringan terbaik untuk orang tua yang usianya 60 tahun ke atas yaitu melakukan senam. Semua jenis senam entah itu senam aerobik ataupun senam musik sangat cocok dilakukan bagi seseorang yang berusia lanjut. Bahwasannya, dengan melakukan senam secara rutin maka kebugaran tubuh akan kembali, akan meningkatkan semangat, serta cocok untuk melemaskan otot-otot pada orang tua yang mulai kehilangan kelenturan.

Minggu, 12 Februari 2012

Visi & Misi Koni {by:fitri}

Visi & Misi

Visi KONI
"Menjadi organisasi yang modern, independen, dan profesional untuk membangun karakter unggul Bangsa Indonesia, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui pembinaan olahraga prestasi".
Misi KONI
"Memberikan dukungan kepada para atlet untuk mencapai puncak prestasi dan menanamkan nilai-nilai olimpiade agar menjadi sumber inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia".

Sejarah {by:fitri}

Sejarah

  • 1946
    • Top organisasi olahraga membentuk Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.
  • 1947
    • Organisasi olahraga membentuk Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) dengan Ketua Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
    • KORI berubah menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
  • 1951
    • PORI melebur ke dalam KOI.
  • 1952
    • KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada tanggal 11 Maret.
  • 1959
    • Pemerintah membentuk Dewan Asian Games Indonesia (DAGI) untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games IV 1962, KOI sebagai badan pembantu DAGI dalam hubungan internasional.
  • 1961
    • Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia, top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang olahraga yang bersangkutan.
  • 1962
    • Pemerintah membentu Departemen Olahraga (Depora) dengan menteri Maladi.
  • 1964
    • Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.
  • 1965
    • Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember, mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik.
  • 1966
    • Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966 tentang pembentukan KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi karena tidak didukung oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu.
    • Presiden Soeharto membubarkan Depora dan membentuk Direktorat Jendral Olahraga dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
    • Induk organisasi olahraga membentuk KONI pada 31 Desember dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
    • KOI diketuai oleh Sri Paku Alam VIII.
  • 1967
    • Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967.
    • Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo.
    • Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia.
  • 2005
    • Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI.
  • 2007
    • Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005.
    • KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi KON.

Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI) {by:fitri}

Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI)

Persatuan Tennis Lapangan Seluruh Indonesia (PELTI) Didirikan pada 26 Desember 1935 di Semarang
Stadion Tennis Senayan Jakarta 10270
Tel : (021) 5710298, 5707203
Fax : (021) 5700157
Email.: info@pelti.or.id
Website: http://www.pelti.or.id
 
Sejarah PELTI
Tennis, kita ketahui, adalah permainan atau olah raga dengan menggunakan raket dan bola. Dalam olah raga yang juga disebut lawan tennis raket dipukulkan ke bola sambut menyambut - oleh seorang atau sepasang pemain yang saling berhadapan - ke seberang jaring yang sengaja dipasang di sebidang lapangan empat persegi panjang.
Tadinya, sekitar abad ke-I6, tennis dimainkan di Italia, Prancis, dan lnggris, ketika lapangan mainnya dibangun di balik dinding-dinding istana kcrajaan. Tapi tennis modern diperkenalkan oleh Mayor Wingfield di Inggris pada 1873, dan setahun kemudian oleh Nona Mary Outerhridge di Amerika Serikat. Lapangan­-lapangan permainannya pun dibangun di kedua negeri itu. Kejuaraan tennis pertama dilangsungkan di Wimbledon, kota kecil sekitar 12 km di barat daya London, Inggris. Persatuan Tennis AS didirikan, 1881. berbagai kejuaraan amatir diselenggarakan di beberapa negara, yang mengundang datangnya beribu-ribu penon­ton. Mula-mula hanya memainkan partai tunggal putra, diikuti partai tunggal putri tiga tahun kemudiannya.
Tahun 1900 adalah saat bersejarah bagi tennis. Pada tahun itulah Dwight Davis, bintang ganda AS, mcng­hadiahkan sebuah piata Perak untuk diperebutkan dalam turnamen antarnegara, yang kcmudian tenar sebagai "Davis Cup" . Dalam pertandingan internasional pertama antara AS dan Inggris, Amerika unggul 3-0.
Kian populer dan majunya olah raga tennis, tak ayal telah mendorong didirikannya "Federation Internationale de Lawn Tennis" (Federasi Tennis Intcrnasionsl) pada 1912.
                 
Di Indonesia: Lahirnya PELTIBesar kemungkinan, orang Belandalah yang memper­kenalkan tennis di Indonesia, walaupun tidak mustahil pula permainan ini dibawa para pelaut Inggris yang singgah di kota-kota besar Kepulauan Nusantara. Sayang arsip-arsip berbagai perkumpulan milik warga negara Belanda yang pernah berdiri di negeri ini telah hilang, hingga kita tidak bisa melacak mana di antara dua perkiraan itu lebih benar.
Namun yang jelas, di negeri mana pun, olah raga ini mulai dimainkan dan lebih dikenal di kalangan bangsawan, hartawan, dan kaum terpelajar. Juga di Indo­nesia. Apalagi di zaman penjajahan Belanda. Di masa itu hanya segelintir kaum pribumi yang mampu mengayun­kan raket tennis, sedang jumlahnya yang lebih besar terdiri dari orang Belanda dan Cina. Itu pun hanya di kota-kota besar.
Jumlah kaum pribumi penggemar tennis mulai me­ningkat pada tahun-tahun 1920-an ? seiring kian banyaknya murid-murid Indonesia mcmasuki sekolah ­sekolah menengah, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka - umumnya para siswa Stovia, Rechrsschool, dan -NIAS - pada gilirannya memperkenalkan olah raga ini ke kalangan yang Iebih luas. Tennis pun mulai dimainkan atau dipertanding­kan dalam kegiatan berbagai organisasi pemuda di masa itu. Olah raga inipun mulai dilihat sehagai penghimpun massa, terutama oleh kaum nasionalis yang mencita­citakan Kemerdekaan Indonesia.
Lahirnya Boedi Oetomo, 1908, dan kemudian Soempah Pemoeda, 1928, memang senantiasa menghangati setiap langkah dan gerak kaum muda di kurun itu. Maka tidak heran bila penjajah Belanda selalu mengintip dan memantau setiap gcrak-gerik pergerakan pemuda, yang nonpolitik apalagi yang berbau politik. Terhadap gerakan yang diduga kecenderungan politik, tindakan pcmbatasan segera dilakukan. Toh serangkaian rintangan itu tidak membuat kaum muda patriotik kehilangan akal. Disemangati sumpah Satoe Noesa, Satoe Bangsa, Satoe Bahasa, mereka melebur beberapa organisasi pemuda yang berpolitik ke dalam satu wadah baru yang disebut Indonesia Moeda, pada 1930.
Latar belakang lahirnya Indonesia Moeda jelas berangkat dari larangan bagi kegiatan politik yang diber­lakukan kepada mereka. Mereka berkeyakinan, hanya dengan menggerakkan aktivitas sosial masyarakat baru bisa dicapai persatuan seluruh rakyat menuju kemerdeka­an. Di dalamnya juga termasuk kegiatan olah raga. Setiap pemuda yang sehat dan ingin sehat tentu menggernari olah raga, yang di dalamnya sportivitas dan sifat kompe­titif merupakan satu sisi dari mata uang, dan pada gilirannya dapat membangkitkan patriotisme.
Semangat cinta Nusa dan bangsa ini nyatanya memang berkembang di kalangan olahragawan Indonesia, ter­masuk di antara para petennis. Pada semacam kejuaraan nasional yang diadakan oleh De Alegemeene Nederland­sche Lawn Tennis Bond (ANILTB) di Malang, Jawa Timur, akhir 1934, tiga wakil pribumi mampu berjaya. Di partai tunggal putra, dua saudara Soemadi dan Samboedjo Hoerip maju babak final, yang pertandingan akhirnya dimenangkan oleh Samboedjo. Yang lebih mengesankan adalah dua partai berikutnya, yang memperagakan keunggulan anak jajahan atas penjajahnya. Yang pertama, pasangan ganda putra Hoerip Bersaudara, yang menggilas pasangan Belanda, Bryan/Abendanon, 6-3, 6-4 di final. Juara ganda campuran juga diraih keluarga Hoerip, Samboedjo dan Soelastri, yang mendepak pasangan "penjajah" , Bryan/Nn. Schermbeek, 6-4, 6-2 ? sekaligus mencetak gelar pemegang juara tumarnen ANILIB tiga kali beruntun, 1932-19.34.
Prestasi ini tak ayal mendorong Indonesia Moeda mcngadakan Pekan olah raganya sendiri, yang berlangsung pada tiap hari ulang tahun atau pertemuan tahunannya. Tennis, tentu, termasuk di antaranya cabang-cabang yang dipertandingkan. Salah Satu di antaranya yang dilaksanakan pada Desember 1935 di Semarang - yang juga sekali­gus menjadi saat dicetuskannya pembentukan Persatuan Lawn Tcnnis Indonesia (PELTI).
Kejuaraan ini sendiri diprakarsai oleh dr. Hoerip yang diakui sebagai Bapak Tennis Indonesia. menghimpun 70 petennis dari seluruh Jawa, kejuaraan ini dipantau dan mendapat perhatian serius dari pihak kolonnial Belanda. Itu tercermin dari pemuatan peristiwa penting olah raga tennis tersebut dalam surat kabar De Locomotif 30 Desember 1935. dengan Judul yang kalau diterjemahkan berbunyi : "Kejuaraan Tennis Seluruh Jawa dari Pcrsatuan Lawn Tennis Indonesia" . Namun, di pihak lain, ini juga berarti pengakuan pihak Belanda bahwa ANILTB telah mendapatkan saingannya.
Tanggal 26 Desember 1935 kemudian dicatat sebagai kari lahirnya PELTI
Gagasan pendirian PELTI sendiri, yang dikemukakan pada Kejuaraan Tennis di Semarang itu. berasal dari Mr. Budiyanto Martoatmodjo. tokoh tennis dari Jember - ia kemudian dianggap sebagai pencetak dasar utama pendirian organisasi PELTI. Ketika mcnguraikan azas dan tujuan pendiriannya ia mcngatakan bahwa PELTI, sebagaimana organisasi kebangsaan lainnya, sama sekali "Tidal bersifat mengasingkan diri." Maka PELTI akan selalu siap bekerja lama dengan persatuan tennis manapun dan apa saja, asal atas dasar saling menghargai.
Diungkapkan pula. tujuan praktis utama PELTI adalah mengembangkan dan memajukan permainan lawan tennis di tanah air dan bagi bangsa sendiri. Dengan cara ini. Iebih jauh, diharapkan akan dicapal tali persaudaraan yang erat di antara segala perhimpunan dan pemain tennis bangsa Indonesia. PELTI juga akan menyebarluaskan peraturan permainan, memberi keterangan dan bantuan dalam pembuatan lapangan tennis. Juga meng­adakan dan mengatur serta menyumbang bagi terlaksana­nya pertandingan, di samping berusaha memasyarakatkan permainan tennis itu sendiri.
Gagasan pendirian PELTI mendapat dukungan yang memadai, khususnya di kalangan yang berani mengambil resiko berhadapan dengan pemerintah kolonial, termasuk dari kalangan yang terpandang. Di Semarang saja, para simpatisan semacam itu tidak sedikit jumahnya. Misalnya: Dr. Buntaran Martoatmodjo (yang kemudian, sejak 1935, menjadi ketua PELTI lima tahun berturut­-turut), Dr. Rasjid, Dr. Mokhtar, Dr. Sardjito, R.M. Soeprapto, Nitiprodjo, dan beberapa lainnya. Dari Para tokoh berbagai kota Iainnya, dukungan diwakili oleh: Mr. Budhiyarto Martoatmodjo (Jember), R.M. Wazar (Bandung), Djajamihardja (Jakarta), Mr. Susanto Tirtoprojo (Surabaya), Mr. Soedja (Purwokerto), Berta Mr. Oesman Sastroamidjojo, ahli olah raga tennis yang namanya terkenal di Eropa.
Pada umumnya, mereka memandang simpatik gagasan Dr. Hoerip, yang sebernarnya sudah dicetuskan sejak 1930, diilhami oleh berdirinya PSSI pada 30 April tahun itu. Tapi para tokoh tadi berbeda pendapar dalam beberapa hal, terutama mengenai saat yang tepat bagi pendirian Induk organisasi tennis Itu. Dari berbagai sikap yang lahir - revolusioner, moderat, plintat-plintut - akhirnya golongan tengahlah yang merupakan mayoritas. Pengalaman pahit saat-saat pendirian PSSI tampaknya menjadi cermin pembanding bagi para pelopor PELTI, hingga mereka memilih bersikap Iebih hati-hati meng­hadapi reaksi pemerintah Belanda - mereka tentunya tidak senang melihat setiap kegiatan yang bersifat mem­persatukan kekuatan. Para pendiri PELTI tidak Ingin organisasi yang akan mereka dirikan mati dalam kandungan. Itulah sebabnya PELTI baru berdiri lima tahun kemudian, 1935.
SUSUNAN PERSONALIA PENGURUS PUSAT 
PERSATUAN TENIS SELURUH INDONESIA (PP. PELTI)
MASA BAKTI 2007-2012
_______________________








PENASEHAT :
Moerdiono




PENGURUS HARIAN :






Ketua Umum :
Martina Widjaja




Sekretaris Jenderal :
Soebronto Laras
Wakil Sekretaris Jenderal :
August Ferry Raturandang




Bendahara :
Diono Nurjadin
Wakil Bendahara I :
Zandra Darmawan




Bidang Pengembangan


Ketua :
Rachmanto Surahmat
Wakil Ketua :
Slamet Utomo




Bidang Pembinaan Senior


Ketua :
Kresno Merdiko
Wakil Ketua :
Laurence Barki




Bidang Pembinaan Junior


Ketua :
Danny Walla
Wakil Ketua :
Christian Budiman




Bidang Pembinaan Prestasi Daerah


Ketua :
Tintus Arianto Wibowo
Wakil Ketua :
Hudani Fajri




Bidang Pertandingan


Ketua :
Johannes Susanto
Wakil Ketua :
Kent Widyasetyabudi




Bidang Promosi dan Pemasaran


Ketua :
Shinta Widjaja Kamdani
Wakil Ketua :
Prasetyo Singgih




Humas : - Gungde Ariwangsa


- Amin Pujanto




PENGURUS PLENO






Komite Organisasi : - Albert Wuysang


- H. Kemas Arsyad Somad


- H.M. Asnawi HD.


- Ade L. Syuhada


- Agussalim Djamil


- Meidizon Dahlan




Komite Kepelatihan Pelatih : - Atet Wijono


- Alferd Henry Raturandang




Komite Mini Tenis :
Teguh Djuwandie




Komite Perwasitan : - Kompol. Gunawan M. H.


- Gunawan Tedjo Sutikno
 Komite Tenis Kursi Roda : - H. Sjahrudin


- Henny Santoso




Komite Veteran : - Suprawito


- Ex. Officio BAVETI




Komite Urusan Peringkat dan KTA : - Grace Lumenta




Komite Pendidikan dan Bea Siswa :
Marieke Gunawan




Komite Pembinaan Senior : - Suzanna Anggarkusuma


- Suwandi


- Yopie Chandra




Komite Pembinaan Prestasi Daerah : - Bonit Wiryawan


- Eko Yuli


- Bunge Nahor




Komiet Pertandingan : - Glen Sugita


- Aga Soemarno


- Susan Soebekti




Komite Promosi : - Indra Sukirno


- Andi Mallarangeng


- Enny Sukamto


- Ervin Lubis


- Iwan Budiarto Nurjadin




Komite Pemasaran : - Patrick Walujo


- Emirsyah Satar


- Dino Pati Jalal


- Rudy Hamdani


- Ignatius Khomasurya




Komite Hukum dan Tata Tertib :
Kombes Pol. Petrus Golose

Taekwondo Indonesia (TI) {by: fitri }

Taekwondo Indonesia (TI)

Taekwondo Indonesia (TI) Didirikan tanggal 28 Maret 1982 di Jakarta

Alamat :

Kanselarij KONI Pusat (Stadion Utama)
Pintu VI Senayan, Jakarta Pusat
Telp & Fax. : 5735035
Email.: info@pbti.or.id, wahyu@pbti.or.id
Website: http://www.pbti.or.id
 

SUSUNAN PERSONALIA ANTAR WAKTU
PENGURUS BESAR TAEKWONDO INDONESIA (PB. TI) 
MASA BHAKTI 2006-2010
________________________






DEWAN PEMBINA 1 Jenderal TNI (Purn) Wiranto

2 Letjen TNI (Purn) Harsudiyono Hartas 

3 Letjen TNI (Purn) Leo Lopulisa

4 Marsekal Muda  (Purn) Sugiri

5 Letnan Jenderal TNI Mar (Purn) Suharto 



PENGURUS :




Ketua Umum
Letnan Jenderal TNI Erwin Sudjono, SH.



Wakil Ketua Umum I Bidang 

Prestasi dan Umum
Lioe Nam Khiong



Wakil Ketua Umum II 

Bidang Organisasi
Mayor Jenderal TNI Mar. (Purn) Sunarko, GA.



Wakil Ketua Umum III

Bidang Hukum dan Pengawasan
Brigadir Jenderal Polisi Iskandar Hasan



Ketua Harian
H. Noor Fadjari, ST.



Bendahara 
Popo Parulian



Sekretaris Jenderal
Wahyu Hanggono, SE.



Wakil Skretaris Jenderal 
Jose Rizal Partokusumo



Bidang Hukum dan Disiplin - Fitriandi Saputra, SH. MH.

- Zainal Abidin DYSA, SH.

- Franciscus Refra, SH.
Bidang Organisasi

Ketua
Ir. Antony Siregar
Wakil Ketua
Sudirman Limbong



Bidang Pembinaan Prestasi

Ketua
Ganis Hartono
Wakil Ketua
Dire Richard Talumewo, MM.



Komisi Pertandingan - Ir. Lambok Parulian


-     Riki, S.Pd.



Komisi Perwasitan - Ir. Tb. Indra Mulia


-     Suwandi Gunawan, MBA.

- Denny Tanod



Komisi Kenaikan Tingkat - Vincentius Suryadi


-     Rizon Oktolibsa


-     Imam Rusli, SE.


-     Sibold Elyas Lomantow

- Joachim Joseph Hungan



Komisi Teknik dan Kepelatihan - Lamting


-     Zulkifli Tanjung, SE.


-     Budi Setiawan


-     Alfian Alfeus Bangun, ST.



Bidang Hubungan Luar Negeri

Ketua 
Santi Diansari
Wakil Ketua
Ina Febrianasari



Bidang Dana dan Usaha

Ketua
Yohanes Hariyanto
Wakil Ketua
Ir. Jefri Ronald Situmorang



Bidang Litbang :

Ketua
Alex Harijanto
Wakil Ketua
Juana Wangsa Putri



Hubungan Masyarakat - Drs. TB. Ade Lukman Djayadikusuma


-     Ida Bagus Purwalaksana



Dewan Penasehat Teknis

Ketua
Acen Tanuwijaya
Anggota - Karsono


-     Yuliarto, SE.


-     Simon Kaihena


-     Hadi Sugiyanto

Keterangan : Belum melaksanakan Musorprov